TAFSIR
SURAT
AL-KAFIRUN
.:Tidak ada
Toleransi dalam hal keimanan dan peribadatan:.
Oleh:
Imam Ibnu Katsir رحمه الله
Download > 160 ebook
Islam, Gratis!!!
kunjungi….
TAFSIR SURAT AL-KAAFIRUUN[1]
Telah ditegaskan di dalam kitab Shahih Muslim, dari Jabir رضي الله عنهما bahwasanya Rasulullah membaca surat ini dan juga
surat Qul Huwallaahu Ahad (al-Ikhlash) dalam dua rakaat shalat thawaf. Dan di dalam kitab Shahih Muslim juga dari hadits Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah membaca kedua surat tersebut dalam dua rakaat shalat Shubuh
(qabliyah).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu 'Umar رضي الله عنهما bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah membaca dalam dua rakaat shalat sunnah
sebelum Shubuh dan dua rakaat shalat setelah shalat Maghrib sebanyak duapuluh
kali lebih atau sepuluh kali lebih dengan surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun (al-Kaafiruun) dan Qul Huwaallahu Ahad (al-Ikhlash).
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari al-Harits bin Jabalah, dia berkata,
"Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu surat yang bisa
aku baca saat akan tidur.' Maka beliau bersabda: 'Jika engkau akan tidur pada
malam hari, maka bacalah: 'Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun (al-Kaafiruun), karena sesungguhnya ia akan berlepas diri dari
kesyirikan." Wallaahu a’lam
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
“Dengan menyebut Nama Allah Yang
Mahapemurah lagi Mahapenyayang."
۰۱ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
۰٢ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
۰٣ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
۰٤ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ
۰٥ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
۰٦ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
1.
Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir!"
2.
aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah
3.
Dan kamu bukan
penyembah Ilah yang aku sembah
4.
Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5.
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang
aku sembah
6.
Untukmulah
agamamu, dan untukkulah agamaku.
[QS. Al-Kafiruun : 1-6]
Surat ini merupakan surat yang
menyatakan berlepas diri dari perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang
musyrik, di mana ia memerintahkan untuk ikhlas di dalam mengerjakannya.
Dengan demikian, firman Allah Ta'ala: {قُلْ
يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} "Katakanlah, 'Hai orang-orang kafir," 'mencakup setiap orang kafir yang ada di muka bumi ini, tetapi orang-orang
yang dituju oleh khithab (pembicaraan) ini adalah orang-orang kafir Quraisy. Ada juga yang mengatakan
bahwa karena kebodohan mereka, mereka mengajak Rasulullah صلي الله عليه وسلم untuk menyembah berhala selama satu tahun, dan mereka akan menyembah Rabb
beliau selama satu tahun juga. Kemudian Allah Ta'ala menurunkan surat ini dan
di dalamnya Dia memerintahkan Rasul-Nya صلي الله عليه وسلم untuk melepaskan diri dari
agama mereka secara keseluruhan, di mana Dia berfirman:
{لَا
أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ}
“Aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah."
Yakni patung dan tandingan
. {وَلَا
أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ}
"Dan kamu juga bukan
penyembah Ilah yang aku sembah." Yaitu Allah Yang Esa, tiada
sekutu bagi-Nya. Dan kata maa di sini bermakna man (siapa).
Selanjutnya, Allah Ta'ala
berfirman:
{وَلَا
أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ}
"Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Maksudnya, dan aku tidak akan pernah menyembah sembahan kalian. Artinya, aku tidak akan menempuh jalan kalian dan tidak juga mengikutinya. Tetapi, aku akan senantiasa
beribadah kepada Allah dengan cara yang Dia sukai dan ridhai. Oleh karena itu,
Dia berfirman: {وَلَا أَنتُمْ
عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ} "Dan kamu tidak pernah(pula) menjadi penyembah Ilah yang aku
sembah." Maksudnya, kalian tidak akan
mengikuti perintah-perintah Allah dan syari'at-Nya dalam menyembah-Nya, tetapi
kalian telah memilih sesuatu dari diri kalian sendiri. Dengan demikian,
Rasulullah terlepas dari mereka dalam segala aktivitas mereka, karena sesungguhnya
setiap orang yang beribadah sudah pasti memiliki sembahan dan ibadah yang
ditempuhnya. Dan Rasulullah serta para pengikutnya senantiasa beribadah kepada Allah atas apa yang Dia syari'atkan. Oleh karena itu, kalimat Islam berbunyi: لاَ
إِلهَ إِلاّ اللهُ مُحَمّدًا رَسُول الله "Tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah",
artinya tidak ada sembahan kecuali Allah semata, dan tidak ada jalan yang bisa
mengantarkan kepada-Nya kecuali apa yang dibawa oleh Rasul-Nya. Sedangkan orang-orang musyrik menyembah selain
Allah dengan ibadah yang tidak dizinkan oleh-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah berkata kepada mereka
: {لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ} "Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku. Sebagaimana firman Allah Ta'ala ini:
{وَإِن
كَذَّبُوكَ فَقُل لِّي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا
أَعْمَلُ وَأَنَاْ بَرِيءٌ مِّمَّا تَعْمَلُونَ}
Jika mereka mendustakamu, maka katakanlah, 'Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku
kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kamu
kerjakan."' (QS. Yunus: 41).
Al-Bukhari mengatakan:
"Dikatakan, {لَكُمْ
دِينُكُمْ} Bagimu agamamu. (yaitu) kekufuran, {وَلِيَ
دِينِ} 'Dan bagiku agamaku,' (yaitu) Islam. Di sini Allah tidak mengatakan: 'Diinii (agama-Ku),' karena ayat-ayat
dengan menggunakan nun sehingga huruf ya dihilangkan, seperti yang Dia firmankan: {فَهُوَ يَهْدِينِ} 'Maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku,'[2] dan juga, {وَيَشْفِينِ} 'Dan Dia yang menyembuhkanku.'"[3] Ibnu Jarir menukil dari beberapa orang ahli Bahasa Arab bahwa hal tersebut termasuk dalam bab penekanan. Hal itu seperti
firman-Nya:
{{فَإِنَّ
مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً}
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. (QS. Alam Nasyrah: 5-6). Dan ada juga ungkapan
pendukungnya.
Abul 'Abbas Ibnu Taimiyyah
menyebutkan di dalam beberapa kitabnya, yaitu bahwa yang dimaksud dengan
firman-Nya:
{لَا
أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ}
"Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah," fi'il (kata kerja)nya dinafikan, karena ia merupakan kalimat fi'liyah (berawal kata kerja). {وَلَا أَنَا عَابِدٌ
مَّا عَبَدتُّمْ} "Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah.” Penerimaan hal tersebut dinafikan secara total, karena penafian dalam
bentuk kalimat ismiyah (berawal kata benda) lebih kuat, seakan-akan fi'il dinafikan. Dan karena ia bisa menerima hal tersebut. Dan
artinya adalah penafian kejadianku sekaligus penafian kemungkinan menurut
syari'at. Dan itu pun merupakan ungkapan yang baik pula. Wallaahu a'lam.
Imam Abu 'Abdillah asy-Syafi'i
dan juga yang lainnya telah menggunakan ayat yang mulia ini: {لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ} "Bagimulah agamamu dan untukkulah agamaku," sebagai dalil bahwa kekufuran itu secara keseluruhan merupakan satu millah (agama), sehingga ada kemungkinan
orang Yahudi menerima warisan dari orang Nasrani, dan demikian pula sebaliknya,
jika antara keduanya mempunyai hubungan nasab atau sebab yang bisa menjadikan
mereka saling waris-mewarisi, karena semua agama selain Islam adalah satu dalam
kebathilan. Imam Ahmad bin Hanbal dan orang-orang yang sejalan dengannya
mempunyai pendapat yang menyatakan tidak dibolehkannya penerimaan warisan oleh orang
Nasrani dari orang Yahudi, dan demikian sebaliknya. Hal tersebut didasarkan
pada hadits 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya رضي الله عنه, dia berkata: "Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
لَا يَتَوَارَثُ أَهْلُ مِلَّتَيْنِ شَتَّى
'Tidak ada waris-mewarisi antara dua millah (agama) yang berbeda.” [HR. Abu Dawud
di dalam Sunannya, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad di dalam Musnadnya (II-195)]
No comments:
Post a Comment