Tuesday, November 30, 2010

dimensi rasa agama

1 DOCTRIN(KEIMANAN)
 Tiada sesembahan selain Allah SWT.
 Allah megutus seorang Rosul sebagai panutan di bumi
 Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai penuntun hidup di bumi
2 RITUAL(IBADAH)
 Menunaikan Zakat
 Menikah dengan wanita yang beriman
 Melaksanakan sholat jum’at
3 KNOWLEDGE(PENGETAHUAN)
 Mengetahui tata cara berwudlu
 Mengetahui tentang fiqh (hukum islam)
 Saya mengetahui bahwa mencuri itu perbuatan yang dilarang oleh agama
4 EMOTION(RASA PENDEKATAN)
 Hati saya bergetar bila disebut asma Allah
 Hati saya merasa tenang setelah sholat
 Saya selalu berdo’a dalam kedaan susah
 Saya selalu bersyukur ketika merasa senang
5 ETHICS(AKHLAK)
 Menghormati orang lain baik sesama maupun antar umat beragama
 Menghargai orang yang lebih tua
 Saya selalu patuh kepada orang tua
6 COMMUTITY(SOSIAL)
 Tolong menolong dalam kebaikan
 Memberi bantuan kepada korban merapi
 Mengikuti kerja bakti di lingkungan rt
 Mengikuti relawan korban merapi
Paradigma Guru di Indonesia
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu Nur Hamidi









Disusun oleh:
Mu’allim Syukri Khamid (09410168)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010


BAB I
PENDAHULUAN

Pada akhir tahun 2006 dan sampai pertengahan tahun 2007, sebagian besar satuan pendidikan sibuk dengan pekerjaan besar, yaitu menyusun kurikulumnya sendiri yang sering disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan semangat otonomi dan desentralisasi, KTSP memberi keleluasaan sekolah untuk mengembangkan kurikulum sendiri. KTSP sebenarnya positif, sebab sekolah diberi otonomi untuk berdiskusi terkait dengan standar Kompetensi yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hanya saja, sebagian besar guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model kurikulum. Selama ini mereka diperintah untuk melaksanakan kewajiban yang sudah baku, yakni kurikulum yang dibuat dari “pusat”. Penerapan KTSP tersebut berimplikasi pada bertambahnya beban bagi guru. Penerapan KTSP mengandaikan guru bisa membuat kurikulum untuk tiap mata pelajaran. Padahal, selama ini guru sudah terbiasa mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah.
Pemberdayaan guru dalam KTSP ini akan lebih baik, karena guru harus memikirkan perencanaan penyampaian materinya. Penerapan KTSP memberikan peluang bagi setiap sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, dan untuk itu tiap guru yang akan mengajar di kelas dituntut memiliki kemampuan menyusun kurikulum yang tepat bagi peserta didiknya.
Banyak hasil yang diperoleh dari kegiatan penyusunan KTSP tersebut, tidak saja berupa silabus dan rencana pembelajaran serta keterampilan menerapkannya, tetapi juga memberi pengalaman baru bagi guru tentang bagaimana berpikir tentang masa depan pendidikan bagi peserta didiknya. Bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut akan digunakan guru dalam mengimplementasikan KTSP. Dari sekian macam kegiatan yang dilakukan, guru masih meragukan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan KTSP antara lain tentang waktu yang diperlukan peserta didik untuk “tuntas” pada kompetensi dasar tertentu. Hal itu disebabkan adanya kebiasaan guru yang biasanya selesai diterangkan selama 15 menit, tetapi dengan sistem pembelajaran pada KTSP, guru seolah menjadi repot dan misalnya butuh waktu lama. Ini berarti bahwa guru masih merasa bahwa cara-cara yang dilakukan dalam mengajar selama ini diangggap sudah baik dan guru sudah “hafal” dengan cara-cara tersebut. Apalagi dengan bertambahnya tugas guru dalam melakukan penilaian terhadap peserta didiknya, karena peserta didik harus dinilai tidak hanya aspek kognitifnya tetapi juga aspek afektif dan psikomotornya. Padahal, dengan cara-cara seperti yang dilakukannya bertahun-tahun, hasil atau mutu pendidikan kita sekarang dianggap masih rendah dan peserta didik kita masih belum dapat bersaing dengan negara lain.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Keunggulan Dan Kelemahan KTSP
KTSP yang juga. merupakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan konsep ini, meski bukan format satu-satunya untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan, namun secara umum, KTSP bisa ‘diandalkan’ menjadi patokan menghadapi tantangan masa depan dengan pembekalan keterampilan pada peserta didik. Keunggulan lain, KTSP memiliki kemampuan beradaptasi dengan daerah ,setempat, karena keterampilan yang diajarkan berdasarkan pada lingkungan dan kemampuan peserta didik. Di samping itu juga adanya penghargaan bagi pribadi peserta didik. Peserta didik yang mampu menyerap materi dengan cepat akan diberi tambahan materi sebagai pengayaan, dan peserta didik yang kurang akan ditangani oleh guru dengan penuh kesabaran dengan mengulang materinya atau memberi remedial. Peserta didik juga diajak bicara, diskusi, wawancara dan membahas masalah-masalah yang kontekstual, yang dalam kenyataannya memang diperlukan sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Peserta. didik tidak hanya dituntut untuk menghafal namun yang lebih penting sudah adalah belajar proses sehingga mendorong peserta didik untuk meneliti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kesulitan yang mungkin saja timbul dari pelaksanaan KTSP ini adalah diperlukannya waktu yang cukup oleh pendidik dalam membina perkembangan peserta didiknya, terutama peserta didik yang berkemampuan di bawah rata-rata. Kenyataan membuktikan, kondisi sosial dan ekonomi yang menghimpit kesejahteraan hidup para guru, menyebabkan mereka kurang berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Belum lagi mengingat kualitas guru yang kurang merata di setiap daerah. Ini artinya, KTSP menghadapi kendala daya kreativitas dan beragamnya kapasitas guru untuk membuat. kurikulum sendiri.
Kendala lain, KTSP menuntut kemampuan guru dalam menjalankan pembelajaran berbasis kompetensi dengan merencanakan sendiri bagaimana strategi yang tepat diterapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah setempat. Di samping masalah fasilitas pendidikan di sekolah yang masih sangat minim. Padahal konsep ini lebih menitikberatkan pada praktek di lapangan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dibanding teori semata. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan bagaimana melakukan evaluasi dengan portofolio. Karena ketidakpahaman ini mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes-tes dan ulangan-ulangan yang cognitive-based semata. Tidak adanya model sekolah yang bisa dijadikan sebagai rujukan membuat para guru tidak mampu melakukan perubahan, apalagi lompatan, dalam proses peningkatan kegiatan belajar mengararnya.
Berkenaan dengan tidak adanya target materi dalam KTSP, di satu pihak KTSP menekankan kompetensi peserta didik yang berarti proses belajar harus diperhatikan oleh guru, di pihak lain materi meskipun tidak diprioritaskan tetapi akhirnya harus diselesaikan juga. Dengan demikian guru harus berpacu dengan waktu, sementara proses belajar tidak dapat dipastikan keberhasilannya. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik yang dibinanya, yang berujung pada penolakan kebijakan pemerintah tentang Ujian Nasional (UN) sebagai dasar penentuan kelulusan peserta didiknya.
B. Guru Sebagai Fasilitator Dalam Membantu Peserta Didik Membangun Pengetahuan
Guru adalah seorang motivator, administrator, informator, instruktur, dan sebagaimana dalam mendidik dan mengajar peserta didik melalui proses pembelajaran. Tugas berat dipanggul oleh guru untuk membangun generasi baru yang bermoral dan berperilaku jujur, mulia, dan bermartabat demi masa depan bangsa dan negara melalui proses pendidikan.
Salah satu ciri pembelajaran efektif adalah mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Dit-PLP, 2003) . Ciri inilah yang dikembangkan dalam pembelajaran KTSP dan berkaitan dengan filsafat konstruktivisme.
Tugas penting guru pada pendidikan formal di sekolah di antaranya adalah membantu peserta didik untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, terutama memperoleh pengetahuan. Dalam pengertian konstruktivisme, pengetahuan itu merupakan “proses menjadi”, yang pelan-pelan menjadi lebih lengkap dan benar. Pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi dan peserta didik itu sendiri yang membentuknya.
Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator atau moderator dan tugasnya adalah merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya. Guru juga mengevaluasi apakah gagasan peserta didik itu sesuai dengan gagasan para ahli atau tidak. Sedangkan tugas peserta didik aktif belajar, mencerna, dan memodifikasi gagasan sebelumnya. Dalam KTSP dianut bentuk pem¬belajaran yang ideal yaitu pembelajaran peserta didik aktif dan kritis. Peserta didik tidak kosong, tetapi sudah ada pengertian awal tertentu yang harus dibantu untuk berkembang. Maka modelnya adalah model dialogis, model mencari bersama antara guru dan peserta didik. Peserta didik dapat mengungkapkan gagasannya, dapat mengkritik pendapat guru yang dianggap kurang tepat, dapat mengungkapkan jalan pikirannya yang lain dari guru. Guru tidak menjadi diktator yang hanya menekankan satu nilai satu jalan keluar, tetapi lebih demokratis. Dalam KTSP, pendidikan yang benar harus membebaskan peserta didik untuk berpikir, berkreasi, dan berkembang.
Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur atau selalu memberi instruksi dan kini menjadi fasilitator pembelajaran. Guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif serta inovatif dalam bentuk penelitian tindakan terhadap berbagai teknik atau model pengelolaan pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang kompeten.
C. Perlunya Perubahan Paradigma Mengajar
Dengan KTSP, guru mengajar supaya peserta didik memahami yang diajarkan dan mampu memanfaatkannya dengan menerapkan pemahamannya baik untuk memahami alami lingkungan sekitar maupun untuk solusi atau pemecahan masalah sehari-hari. Kegiatan mengajar bukan sekedar mengingat fakta untuk persediaan jawaban tes sewaktu ujian. Akan tetapi, kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan sejumlah sikap positif yang direfleksikan peserta didik melalui cara berpikir dan cara bertindak atau berperilaku sebagai dampak hasil belajamya. Oleh karena itu cara guru mengajar perlu diubah. Ditinjau dari esensi proses pembelajarannya, perlu adanya pengubahan paradigma “mengajar” (teaching) menjadi “membelajarkan” (learning how to learn) sehingga proses belajarnya cenderung dinamis dan bersifat praktis dan analitis dalam dua dimensi yaitu: pengembangan proses eksplorasi dan proses kreativitas. Proses eksplorasi menjadi titik pijak untuk menggali pengalaman dan penghayatan khas peserta didik, bukan dari pihak luar, bukan dari apa yang dimaui orang tua, guru, maupun masyarakat bahkan pemerintah sekalipun. Dari proses tersebut dikembangkan prakarsa untuk bereksperimen-kreatif, berimajinasi-kreatif dengan metode belajar yang memungkinkan peserta didik untuk melatih inisiatif berpikir, mentradisikan aktivitas kreatif, mengem¬bangkan kemerdekaan berpikir, mengeluarkan ide, menumbuhkan kenikmatan bekerjasama, memecahkan masalah-masalah hidup dan kehidupan nyata. Karena itu, dalam proses pembelajaran seharusnya tampak dalam bentuk kegiatan prakarsa bebas (independent study), komunikasi dialogis antar peserta didik maupun antara peserta didik dan guru, spontanitas kreatif, yang kadang-kadang terkesan kurang tertib menurut pandangan pendidikan. Guru perlu menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya peserta didik mampu mengembangkan kompetensi setelah menerapkan pemahamannya pengetahuannya. Untuk itu strategi belajar aktif melalui multi ragam metode sangat sesuai untuk digunakan ketika akan menerapkan KTSP.
Dalam pendidikan matematika, Marpaung (2003) menyatakan perlunya melakukan perubahan/ pergeseran paradigma dari paradigma mengajar ke paradigma belajar. Lebih lanjut Marpaung memerinci karakteristik paradigma belajar, yaitu: peserta didik aktif guru aktif, pengetahuan dikonstruksi, menekankan proses dan produk, pembelajaran luwes dan menyenangkan, sinergi pikiran dan tubuh, berorientasi pada peserta didik, asesmen bersifat realistik, dan kemampuan sebagai suatu penguasaan hubungan antar pengetahuan yang tersusun dalam suatu jaringan. Untuk itu dituntut komitmen guru untuk berubah, bersikap sabar, bersikap positif, ramah dan memiliki kompetensi tinggi. Bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru tidak hanya berupa penilaian “tradisional” yaitu hanya melakukan kegiatan ulangan harian tetapi perlu dikembangkan penilaian “alternatif”, antara lain adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Sebagai penjabarannya antara lain, portofolio; merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan peserta didik dalam konteks belajar dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memperoleh kesempatan luas untuk berkembang serta merekapun termotivasi. Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses peserta didik sebagai pembelajaran aktif. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk melakukan survei mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok, dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing peserta didik. Isi dari proyek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi peserta didik. Sebagai contoh, peserta didik diminta membentuk kelompok projek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan peserta didik. Demonstrasi, peserta didik diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Demonstrasi ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Di dalam kelas antara lain dapat dilakukan dalam kegiatan laboratorium IPA, di lapangan olahraga untuk pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Di luar kelas antara lain peserta didik diminta membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan, para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukan peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

Dit-PLP-Ditjen Dikdasmen-Depdiknas.(2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta.
Padil Moh., Triyo Supriyatno, Sosiologi Pendidikan, UIN-Maliki Press: 2010, Malang.
www.beranda-jiwa.info




BAB III
PENUTUP

Guru adalah komponen pokok dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu suksesnya pelaksanaan KTSP sangat tergantung pada sikap guru alam mengajar. Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat menyebabkan kreativitas guru kurang terpupuk, tetapi dengan KTSP, kreativitas guru bisa berkembang. Menggunakan paradigma lama dalam mengajar untuk menghadapi tantangan baru dan situasi baru jelas kurang efektif. Agar kualitas pendidikan kita meningkat, guru perlu melakukan introspeksi dan mau mengubah paradigma mengajar, cara berpikir serta mempraktekkan pembelajaran dengan menggunakan paradigma belajar. Guru sebagai ujung tombak pembelajaran sudah sekian lama menggunakan metode lama, ia menjadi sumber belajar utama. Paradigma mengajar tersebut itu harus diubah dengan menggiatkan peserta didik agar dapat mencapai komepetensinya melalui penguasaan materi ajar.

Wednesday, June 2, 2010

ABSTRAK
Dari etimonologinya sosiologi berasal dari dua kata dasar, yaitu Socius dari bahasa Latin yang berarti teman atau sesama dan logos dari bahasa Yunani yang berarti ilmu. Jadi menurut Etimonologisnya sosiologi adalah ilmu tentang hidup bersama atau ilmu tentang hidup sama atau ilmu tentang hidup bermasyakat.
Dalam sosiologi ditempuh berbagi cara untuk mengklasifikasikan teori. Kita telah melihat klasifikasi teori sosiologi klasik dan modern yang didasarkan pada urutan waktu lahirnya teori, yang antara lain ditempuh oleh Johnson. Collins (1994) pun mengaitkan teori masa kini dengan karya pemikir awal sosiologi. Dengan mengacu pada pemikiran tokoh sosiologi seabad yang lalu sebagai titik tolak Collins.
Kita pun telah menjupai klasifikasi makro sosiologi dan mikrososiologi yang didasarkan pada luasnya ruang lingkup pokok bahasan. Collins (1988) merinci klasifikasi ini lebih lanjut. Di bawah teori makro, Collins menempatkan teori evolusionisme, teori system, ekonomi politik, konflik, dan perubahan sosial, serta teori konflik organisasi. Sedangkan teori mikro mencangkup ritual interaksi, diri, pikiran dan peran sosial, definisi situasi dan konstruksi sosial terhadap realitas, strukturalisme dan sosiolinguistik, serta pertukaran sosial dan teori terkait.






PEMBAHASAN
Sosiologi muncul setelah terjadinya ancaman terhadap dunia yang dianggap nyata. Dalam sosiologi di tempuh berbagai cara untuk mngklasifikasikan teori.
TEORI MAKROSOSIOLOGI
Sosiologi makro Ialah salah satu ilmu sosiologi yang mengkaji tentang masyarakat yang memusatkan perhatiannya kepada pola-pola sosial bersekala besar, misalnya seluruh masyarakat atau jaringan kerja global yang lebih besar di dalam masyarakat yang berbeda.1
Fungsionalisme klasik
Teori ini memandang masyarakat sebagai suatu system yang teratur yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, di mana bagian yang satu tidak bisa berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Bila terjadi perubahan pada satu bagian akan menyebabkan ketidak seimbangan dan dapat menyebabkan perubahan pada bagian lainnnya. Sebagai contoh institusi pendidikan atau keluarga. Dalam keluarga ayah berfungsi sebagai kepala keluarga yang melindungi dan memberi nafkah untuk keluarga dan ibu sebagai memelihara kehidupan dalam rumah tangga dan mengasuh anak-anak. Kalau salah satu tidak berfungsi maka akan terjadi kepincangan dalam keluarga tersebut. Demikian juga menurut terori ini kemiskinan dalam masyarakat juga berfungsi, misalnya;
Orang miskin berfungsi untuk mengerjakan pekerjaan kasar dalam rumah tangga atau pabrik.
Orang miskin dapat menimbulkan sikap altruis pada orang kaya.
Orang miskin berfungsi membantu majikan mengurus urusan rumah tangga.
Kemiskinan dapat menguatkan norma-norma sosial.
kemiskinan membuka ruang untuk berbuat amal bagi orang lain.
Jadi menurut teori fungsionalisme, kemiskinan bukanlah sesuatu yang buruk atau negative, melainkan bermanfaat bagi masyarakat.
Keterbatasan teori fungsional struktural.
kelemahan teori ini adalah tertutup terhadap perubahan sosial, karena terlalu menekankan keteraturan dan kemapanan struktur sosial yang sudah baku. Kelemahan lainnya adalah bahwa struktur fungsional mempertahankan status quo dan tidak membuka kepada orang atau hal lain berperan. Keterlibatan non status quo dipandang sebagai ancaman bagi masyarakat dan pemegang status quo.
Teori konflik
Teori ini merupakan reaksi atas teori fungsionalisme. Teori konflik melihat elemen-elemen dan komponen-komponen dalam masyarakat merupakan suatu persaingan dengan kepentingan yang berbeda sehingga pihak yang satu selalu berusaha menguasai pihak yang lain. Pihak yang kuat berusaha menguasai pihak yang lemah. Dengan demikian konflik menjadi tak terhindarkan. Asumsi dasar teori konflik adalah.
Struktur dan jaringan dalam masyarakat merupakan persaingan antar kepentingan dan bahkan saling bertentangan satu sama lain. Sehingga dalam kenyataan menunjukkan bahwa system sosial dalam masyarakat menimbulkan konflik. Karena konflik adalah sesuatu yang tak terelak, maka konflik menjadi salah satu ciri dari system sosial.
Kepentingan-kepentingan dalam kelompok –kelompok masyarakat yang berbeda-beda.
Pembagian sumber-sumber daya dan kekuasaan yang tidak merata dan tidak adil. Sehingga konflik menungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat. Dan perubahan yang akan terjadi tentu saja perubahan ke arah yang lebih baik atau bisa juga sebaliknya.
Kelemahan Teori Konflik
Teori konflik mengabaikan kestabilitasan dalam masyarakat dan terlalu menekankan perubahan dan konflik. Walaupun kadangkala perubahan yang terjadi bersifat minor.
Tokoh terkemuka teori konflik, yaitu Karl Mark.
TEORI MIKRO SOSIOLOGI
sosiologi mikro adalah salah satu ilmu sosiologi yang menyelidiki berbagai pola pikir dan perilaku yang muncul dalam kelompok-kelompok yang berskala kecil .2
Teori Pertukaran
Teori ini berangkat dari asumsi dasar ‘do ut des” artinya saya memberi supaya engkau juga memberi. Menurut Goerge Simmel peletak toeri ini, semua kontak di antara manusia bertolak dari skema memberi dan memdapatkan kembali dalam jumlah yang sama. Pendukung teori ini merumuskan ke dalam lima proposisi yang saling berhubungan satu sama lain.
Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran atau upah atau manfaat, maka semakin sering orang tersebut akan melakukan tindakan yang sama. Misalnya, seseorang akan meminta nasihat pada seorang psikiatris, kalau ia merasa bahwa nasehat orang itu sangat berguna baginya.
Jika di masa lalu ada stimulus yang khusus atau satu perangkat stimulus yang merupakan peristiwa di mana tindakan seseorang mempeoleh ganjaran, maka semakin stimuli itu mirip dengan stimuli masa lalu, semakin besar kemungkinan orang itu melakukan tindakan serupa. Contoh, seorang nelayan menebar jala di laut yang dalam dan gelap dan menangkap banyak ikan, maka ia cenderung melakukan hal yang sama kemudiannya.
Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka semakin senang seseorang melakukan tindakan itu. Misalnya, apabila bantuan yang saya berikan kepada orang itu bernilai, maka kemingkinan besar saya akan melakukan tindakan yang sama lagi. Sebaliknya bila bantuan kurang bernilai, tidak mungkin diulangi lagi.
Semakin sering seseorang menerima satu ganjaran dalam waktu yang berdekatan, maka semakin kurang bernilai ganjaran tersebut. Di sini unsure waktu memainkan peranan penting. Misalnya, apabila seseorang menerima pujian dari orang yang sama dalam waktu yang berdekatan, maka semakin kurang bernilai pujian itu baginya.
Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkan atau menerima hukuman, maka ia menjadi marah atau kecewa. Sebaliknya bila seseorang menerima ganjaran yang lebih besar dari apa yang ia harapkan, maka ia merasa senang dan lebih besar kemungkinan ia melakukan perilaku yang disenanginya.
Tokoh utama dari teori ini adalah Goerge Simmel
Teori interaksionisme simbolik
Teori interaksi simbolik menyatakan bahwa individu atau manusia dalam berinteraksi tidak Cuma memberi reaksi terhadap tingkah laku atau perbuatan individu lain, melainkan terlebih dahulu menafsirkan atau member interpretasi sebelum bertindak. Di sinilah letak perbedaan manusia/individu dengan hewan. Hewan hanya memberi reaksi tanpa memberi interpretasi, tetapi manusia memberi reaksi setelah itu menafsir arti atas tindakan atau aksi tersebut. Menurut teori ini reaksi pada diri manusia atau individu itu terjadi melalui tiga tahap, yakni, aksi, interpretasi dan reaksi.
Kelemahan teori interaksionalisme simbolik
Kelamahan teori ini adalah mengabaikan struktur sosial makro, seperti norma sosial, hokum, institusi sosial karena terlalu terfokus pada interaksi sosial mikro, yaitu hubungan antar pribadi.
Tokoh terkemukan teori ini adalah Goerge Herbert Mead dan Herbert Blumer.
Teori Aksi
Max Weber menuturkan bahwa Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa tindakan manusia muncul dari kesadarannya dan dari situasi lingkungan yang mengitarinya . Teori aksi memperhitungkan sifat-sifat kemanusiaan dan aspek subyektif manusia yang diabaikan oleh teroi Behanovisme . Kemampuan individu untuk melakukan yang tersedia dalam arti menetapkan cara/alat dari sejumlah alternative yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya yang oleh Parson disebut Voluntarism .
Teori Fenomenologi
Teori ini berpendapat bahwa manusia atau individu bisa menciptakan dunia sosialnya sendiri dengan memberikan arti kepada perbuatan-perbuatannya itu. Teori ini muncul sebagai reaksi atas anggapan yang memandang bahwa manusia atau individu dibentuk oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mengitarinya. Untuk melakukan studi fenomenologis orang harus tinggal dalam masyarakat yang bersangkutan agar ia bisa menangkap arti fenomena sosial yang ada dalam masyarakat itu.
Tokoh terkemuka teori ini adalah Alfred Schultz.





KESIMPULAN
Demikian, sekelumit yang dapat pemakalah kemukakan tentang teori makro dan mikro sosiologi. Dan pemakalah dapat simpulkan bahwa dalam sosiologi terdapat berbagai cara untuk mengklasifikasikan teori sosiologi. Pada makalah ini dapat diklasifikasikan kedalam 2 teori yaitu:
1. Teori makro sosiologi
Ialah salah satu ilmu sosiologi yang mengkaji tentang masyarakat yang memusatkan perhatiannya kepada pola-pola sosial bersekala besar, misalnya seluruh masyarakat atau jaringan kerja global yang lebih besar di dalam masyarakat yang berbeda.
2. Teori mikro sosiologi
adalah salah satu ilmu sosiologi yang menyelidiki berbagai pola pikir dan perilaku yang muncul dalam kelompok-kelompok yang berskala kecil .









DAFTAR PUSTAKA
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. FEUI: Jakarta
Sanderson, Stephen. 2003. Makro Sosiologi. PT. Raja Grafindo Persada
http//: learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/proses-proses-perubahan-sosial-perubahan-stratifikasi-dan-struktur-sosial/
Nama :
Nim :
1.Mua’llim Syukri Khamid

9410168


PREPOSISI
Preposisi  atau kata depan adalah kata yang dihubungkan dengan kata yang lain sehingga mempunyai arti tersendiri.
Contoh:
By bus = dengan bus
By night = pada malam hari
By Syukri = oleh Syukri
By the river = dekat sungai
Preposisi dalam bahasa inggris antara lain:
in, at, on, of, for, from, to, into, by, with, without, about, after, before, above, over, under, below, beneath, inside, outside, beside, besides, near, behind, opposite, across, along, alongside, toward, between, among, round (around), via, versus, during, until, within, upon, beyond, against, through, throughout, up, down, like, as, per, etc.
Contoh penggunaan Preposisi:
 I live in gowok
I live on Jalan Laksda Adi Sucipto
I live at blok DII no 177
Untuk menyatakan nama yang lebih luas missal nama kota harus menggunakan in.
Untuk menyatakan nama jalan harus menggunakan on.
Untuk menyatakan nomor rumah, jam, atau waktu harus menggunakan at.
Jadi, preposisi digunakan dengan kata tertentu sebagai pasangannya masing-masing sehingga mempunyai arti tersendiri.
Penempata preposisi harus memperhatikan jenis kata yang mendampinginya. Berikut ini aturan-aturan penempatan preposisi.

KATA BENDA + PREPOSISI
preposisi ketika bertemu dengan kata benda, preposisi harus diletakkan sebelum kata benda dan atau sesudah kata benda yang mempunyai makna tersendiri
PREPOSISI + KATA BENDA
Contoh preposisi yang diletakkan sebelum kata benda sebagai berikut.
I’ll pay in cash. (saya akan membayar dengan uang tunai)
We are in agreement on that point. (Kami sepakat dalam hal itu)
The ownership of this house is in dispute. (Kepemilikan atas rumah ini sedang dalam perselisihan)
The typewriter is in use. I can do this later. (Mesin tik itu sedang dipakai. saya bisa mengerjakan ini nanti.
KATA BENDA + PREPOSISI
Contoh preposisi yang dletakkan sesudah kata benda sebagai berikut.
There has been a rise in prices recently. (Ada kenaikan dalam harga akhir-akhir ini)
There is an increase in population every year. (Ada peningkatan dalam jumlah penduduk setiap tahun)
There was a decrease in traffic accidents last month. (Ada penurunan dalam kecelakaan lalu lintas pada bulan yang lalu)
We hope there will be a fall in crimes. (Semoga akan ada penurunan dalam masalah kejahatan)
KATA SIFAT + PREPOSISI
Ketika bertemu dengan kata sifat, preposisi harus diletakkan setelah kata sifat dan mempunyai arti yang berlainan.
• The bottle is full of water. (Botol itu penuh dengan air)
• The letter you wrote was full of mistakes. (Surat yang kamu tulis penuh dengan kesalahan)
• He is capable of taming horses. (Dia mampu untuk menjinakkan kuda)
• Robert is fond of detective stories.
KATA KERJA + PREPOSISI
Ketika bertemu dengan kata kerja, preposisi harus diletakkan setelah kata kerja dan mempunyai makna yang berlainan.
• They care about wild animals. (Mereka peduli terhadap binatang liar)
• Sally often complains about food. (Sally sering mengeluh tentang makanan).
• I dream about you last night. (Aku mimpi tentang kamu tadi malam).
• Did you hear about the fire on Friday night? (Apakah kamu mendengar tentang kebakaran pada Jum’at malam?)
KATA KERJA + OBJEK + PREPOSIS
Ketika bertemu dengan kata kerja dan objek, preposisi harus diletakkan setelah kata kerja dan objek dan mempunyai makna yang berlainan.
• mulatsih is going to ask them for information about the concert. (mulatsih akan meminta informasi dari mereka tentang konser itu)
• They blamed me for the accident. (Mereka menyalahkan saya atas kecelakaan itu).
• Simon accused Helen of breaking the glass. (Simon menuduh Helen memecahkan kaca itu).
• This village reminds me of mine. (Desa ini mengingatkan saya pada desa saya sendiri).
PREPOSISI + GERUND
Ketika bertemu dengan gerund, preposisi harus diletakkan sebelum gerund dan mempunyai makna yang berlainan. (Gerund adalah kata benda yang dibentuk dari kata kerja dengan akhiran –ing, misalnya: singing, parking, playing).
• Jessica is very fond of singing. (Jessica sangat gemar menyanyi)
• Febby is in the habit of talking to herself. (Febby sudah terbiasa bicara sendiri)
• You must choose between working hard or being poor. (Kamu harus memilih antara kerja keras atau menjadi miskin).
PREPOOTITION OF PLACE
Preposisi menunjukkan hubungan antara dua benda atau lebih. Sebagai contoh: “The lamp is on the table” mengandung preposisi “on“. Kata ini menunjukkan hubungan ruang antara lampu dan meja.
Preposisi tempat yang paling umum adalah: in, on, under, next to, in front of, behind, at.
Perhatikan gambar-gambar berikut untuk mempelajari pemakaian preposisi tempat:
   
  
in, on, under, in front of, next to, at dan behind jelas terlihat. Contoh-contoh kalimatnya adalah:
- The dog is in the box
- The cat is under the table
- Tjhe man is next to the building
Akan tetapi at merupakan konsep yang lebih abstrak - preposisi ini digunakan untuk menunjuk pada sebuah titik dalam ruang, biasanya sebuah titik pada sebuah garis. Lihat berikut untuk penjelasan yang lebih rinci.
In, On, At
In digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang mengelilingi atau melingkupi kita. Contoh:
- I sleep in my bedroom.
- The desk in the room.
In juga digunakan untuk area-area geografis seperti kota dan negara, misalnya: “I live in London” atau “I live in England”.
On digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang ada di atas sebuah permukaan. Misalnya:
I sleep on my bed.
The paper is on the desk.
On juga digunakan untuk nama-nama jalan, misalnya: “I live on Orchard Roard”.
At digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang berada pada sebuah titik tertentu, seringkali sebagai bagian dari sebuah garis. Sebagai contoh:
- He is at the bus stop.
Bus stop (penghentian bus) merupakan sebuah titik dalam sebuah garis yang terdiri dari beberapa penghentian bus.
- John is at the bank.
John berada pada tempat atau titik tertentu, yakni di bank. Bank merupakan bagian dari perjalanannya dan juga bagian dari sebuah jalan, yang mana keduanya bisa dianggap sebagai garis.
At  juga digunakan untuk alamat-alamat lengkap, contoh: “I live at 22 Orchard Road, London, England.”
Bagaimana sebenarnya kita dapat memastikan kapan menggunakan in, on atau at? Ini tergantung pada perspektif pembicara, dan apa yang dianggap berterima dalam Bahasa Inggris. Ini merupakan pertanyaan yang ditemui oleh setiap orang yang mempelajari bahasa Inggris dan mereka tidak dapat menjawab sepenuhnya melalui hafalan atau aturan yang ada. Semakin banyak anda mempelajari bahasa Inggris anda akan semakin berpengalaman untuk mampu memutuskan kapan menggunakan in, on, atau at. Cukup selalu mencoba untuk memahami, dan pada akhirnya anda akan bisa.
Contoh penggunaan dalam percakapan:
1)Excuse me, where is the post office?
Go straight, and it’s next to the bank.
Thankyou!
2)What’s your address?
I live at 34, East 39th Street, New York.
And what’s your zip code?
My zipcode is NY 10061-213
Thankyou.
3)Hi Sylvia, where’s the fruit juice?
It’s in the refrigerator!
No, it’s not. It’s not there
Oh, sorry, it’s in the cupboard next to the soda.
Thanks. And where is the cereal?
Um, on the shelf, I think.
Great! Let’s have some breakfast!
4)Where do you work?
I work in a bank, I’m a secretary. How about you?
I’m a shop assistant. I work at the local store.
Where’s that?
It’s the yellow building on Green Street, next to the clothes store.
Kosa kata baru
excuse me = permisi
where = dimana
post office = kantor pos
go straight = jalan lurus
next to = di samping
bank = bank
address = alamat
street = jalan
zip code = kode pos
thankyou = terima kasih
where = dimana
refrigerator = lemari es
there = disana
Cupboard = lemari
soda = soda
shelf = rak
work = bekerja
bank = bank
secretary = sekretaris
shop assistant = penjaga toko
local store = toko lokal
yellow = kuning
building = bangunan
clothes store = toko pakaian

Rujukan:
http://www.1-language.com/englishcourse/unit6_index.htm

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM (SMPI)

DARUL KHAFIDZIN



























SMP ISLAM DARUL KHAFIDZIN

Jalan Nakula no 331,

Desa Tahunan , Kecamatan Tahunan , Kabupaten Jepara,

Propinsi Jawa-Tengah



HALAMAN PENGESAHAN


KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ( KTSP )

SMP ISLAM DARUL HAFIDZIN


Setelah mendapatkan persetujuan dari komite sekolah, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Islam Darul Hafidzin ditetapkan dan digunakan pada Tahun Pelajaran 2010/2011.


Yogyakarta, 17 Mei 2010



Kepala Sekolah




Mu’allim Syukri Khamid NIM: 09410168








Waka Kurikulum



Rina Marina Wati

NIM: 09410180


Menyetujui,

Komite Sekolah




Novita Rahmawati

NIM: 09410183




Mengetahui,




Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Jepara



Almas Juniar Akbar

NIM: 09410190




Ketua Yayasan




Mustika Listivani

NIM: 09410199





KATA PENGANTAR

بسم الله الر حمن الر حيم


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayat serta inayahnya yang diberikan kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMP Islam darul Hafidzin tanpa ada halangan.

Adapun kami tidak sendirian dalam mengerjakan penyusunan KTSP ini, untuk itu kami sampaikan terimakasih kepada:

  1. Kepala dinas pendidikan Propinsi Jawa Tengah yang telah mendukun dan membantu kelancaran dalam penyusunan KTSP ini.

  2. Pengawas SMP Islam Darul Hafidzin yang telah mendukung, mengarahkan dan membimbing kami dalam penyusunan KTSP ini sehingga dalam penyusunan KTSP ini berjalan dengan lancer.

  3. Komite sekolah yang telah mendukung dan menyetujui KTSP ini.

  4. Ketua yayasan SMP Islam Darul Hafidzin yang telah menyetujui KTSP ini sehingga KTSP ini dapat diterima.

  5. Rekan-rekan semua yang membantu dalam penyusunan KTSP ini sehingga KTSP ini dapat selesai tepat waktu.


Segala kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT, dan segala kekurangan milik kita, untuk itu KTSP ini tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami selaku penyusun masih memerlukan saran dan kritikan dari semua puhak sehingga KTSP ini mendekati sempurna.


Jepara, 17 mei 2010

Tim penyusun



DAFTAR ISI


Halaman judul………………………………….…………………………………. i

Halaman Pengesahan……………………………………………………..……….. ii

Kata Pengantar……………………………………………………………………. iii

Daftar Isi………………………………………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

  1. Rasional………………………………………………………………….. 1

  2. Landasan………………………………………………………………… 3

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH……………………………….. 6

  1. Visi………………………………………………………………………. 6

  2. Misi………………………………………………………………………. 6

  3. Tujuan Sekolah…………………………………………………………… 6

  4. Aktifitas Strategis……………………………………………………….. 7

BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM……………………….. 8

  1. Struktur Kurikulum……………………………………………………...... 8

  2. Muatan Kurikulum SMP Islam Darul hafidzin………………………….... 10

  1. Mata pelajaran…………………………….……………………………. 10

  2. muatan lokal…………………………………..….…………….…......... 11

  3. Ekstrakurikuler…………………………………………………….….... 11

  4. Mekanisme pelaksanaan……………………………………………….. 13

  5. Pengaturan beban belajar………………………………………….….... 13

  6. Ketuntasan belajar……………………………………………….….…. 14

  7. Kenaikan kelas………………………………………………….…….... 15

  8. Kelulusan……………………………………………………………..... 15

  9. Penentuan kelulusan……………………………………………………. 15

  10. Mutasi ………………………………………………………………..... 16

BAB IV KALENDER PENDIDIKAN………………………………………….. 18

BAB V PENUTUP……………………………………………………………….. 20



HALAMAN PENGESAHAN


KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ( KTSP )

SMP ISLAM DARUL HAFIDZIN


Setelah mendapatkan persetujuan dari komite sekolah, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Islam Darul Hafidzin ditetapkan dan digunakan pada Tahun Pelajaran 2010/2011.


Yogyakarta, 17 Mei 2010



Kepala Sekolah




Mu’allim Syukri Khamid NIM: 09410168








Waka Kurikulum



Rina Marina Wati

NIM: 09410180


Menyetujui,

Komite Sekolah




Novita Rahmawati

NIM: 09410183




Mengetahui,




Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Jepara



Almas Juniar Akbar

NIM: 09410190




Ketua Yayasan




Mustika Listivani

NIM: 09410199





KATA PENGANTAR

بسم الله الر حمن الر حيم


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayat serta inayahnya yang diberikan kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMP Islam darul Hafidzin tanpa ada halangan.

Adapun kami tidak sendirian dalam mengerjakan penyusunan KTSP ini, untuk itu kami sampaikan terimakasih kepada:

  1. Kepala dinas pendidikan Propinsi Jawa Tengah yang telah mendukun dan membantu kelancaran dalam penyusunan KTSP ini.

  2. Pengawas SMP Islam Darul Hafidzin yang telah mendukung, mengarahkan dan membimbing kami dalam penyusunan KTSP ini sehingga dalam penyusunan KTSP ini berjalan dengan lancer.

  3. Komite sekolah yang telah mendukung dan menyetujui KTSP ini.

  4. Ketua yayasan SMP Islam Darul Hafidzin yang telah menyetujui KTSP ini sehingga KTSP ini dapat diterima.

  5. Rekan-rekan semua yang membantu dalam penyusunan KTSP ini sehingga KTSP ini dapat selesai tepat waktu.


Segala kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT, dan segala kekurangan milik kita, untuk itu KTSP ini tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami selaku penyusun masih memerlukan saran dan kritikan dari semua puhak sehingga KTSP ini mendekati sempurna.


Jepara, 17 mei 2010

Tim penyusun



DAFTAR ISI


Halaman judul………………………………….…………………………………. i

Halaman Pengesahan……………………………………………………..……….. ii

Kata Pengantar……………………………………………………………………. iii

Daftar Isi………………………………………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

  1. Rasional………………………………………………………………….. 1

  2. Landasan………………………………………………………………… 3

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH……………………………….. 6

  1. Visi………………………………………………………………………. 6

  2. Misi………………………………………………………………………. 6

  3. Tujuan Sekolah…………………………………………………………… 6

  4. Aktifitas Strategis……………………………………………………….. 7

BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM……………………….. 8

  1. Struktur Kurikulum……………………………………………………...... 8

  2. Muatan Kurikulum SMP Islam Darul hafidzin………………………….... 10

  1. Mata pelajaran…………………………….……………………………. 10

  2. muatan lokal…………………………………..….…………….…......... 11

  3. Ekstrakurikuler…………………………………………………….….... 11

  4. Mekanisme pelaksanaan……………………………………………….. 13

  5. Pengaturan beban belajar………………………………………….….... 13

  6. Ketuntasan belajar……………………………………………….….…. 14

  7. Kenaikan kelas………………………………………………….…….... 15

  8. Kelulusan……………………………………………………………..... 15

  9. Penentuan kelulusan……………………………………………………. 15

  10. Mutasi ………………………………………………………………..... 16

BAB IV KALENDER PENDIDIKAN………………………………………….. 18

BAB V PENUTUP……………………………………………………………….. 20


BAB I

PENDAHULUAN

  1. Rasional

Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Kurikulum sangat berperan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya akan menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu, semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai rakyat Indonesia pasti mengharapkan generasi muda Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik, lebih bermoral, lebih cerdas dan lebih berkemampuan dari generasi sebelumnya. Sehingga mereka dapat membangun negara Indonesia menuju kearah yang lebih baik dan maju. Hal ini yang menyebabkan isi dari kurikulum sering diubah-ubah sesuai dengan keadaan dan perkembangan zaman dan perubahan kurikulum ini merupakan salah satu upaya pengembangan dan penyempurnaan pendidikan.

Pendidikan di Indonesia terutama di kota Jepara masih sangat memprihatinkan, karena jika dibandingkan dengan negara-negara lain, pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh. Padahal Indonesia memiliki banyak SDM yang berkualitas dan bisa diandalkan. Hanya saja mereka belum bisa dikembangkan karena kurangnya fasilitas yang memadai. Pada umumnya, pendidikan diharapkan dapat menciptakan generasi muda yang sholeh, pandai, berakhlak mulia dan berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Namun, dapat kita lihat di kota Jepara masih banyak masyarakatnya yang mengesampingkan aspek surgawi dan lebih mementingkan aspek duniawi saja. Mereka lebih cenderung memuaskan hawa nafsu mereka dengan berlomba-lomba mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan dengan segala cara, demi kesenangan duniawi saja. Namun, masyarakat yang lebih mementingkan aspek surgawi saja juga akan mengalami kesenjangan sosial di dunia. Jadi, pendidikan dari aspek duniawi dan surgawi harus sama-sama seimbang dalam menggunakan dan mengamalkannya.

Hal ini menyebabkan lemahnya keimanan dan ketaqwaan masyarakat Jepara karena mereka belum sepenuhnya mengenal dan mengetahui secara detail apa itu agama Islam, agama yang berpedoman pada Al Qur’an dan Sunnah Nabi serta mengajarkan tentang kebaikan dan kebenaran. Mengenal agama Islam juga belum apalagi jika mereka dituntut untuk memahami Al Qur’an dan Sunnah Nabi, pastilah mereka akan mengalami kesulitan terutama bagi orang awam, yang sama sekali belum mengetahui dan memahami cara membaca Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidahnya. Bagi orang yang sudah paham tentang Al Qur’an, belum tentu mereka bisa membaca dan menghafalnya dengan baik, benar dan fashih sesuai dengan kaidahnya. Oleh sebab itu, masih banyak orang yang belum bisa membaca Al Qur’an serta kurangnya penghafal-penghafal Al Qur’an yang benar-benar mengetahui cara bacaan, arti dan kandungan Al Qur’an itu sendiri.

Nilai moral yang mulia luntur dan yang semakin merosot di kota Jepara baik pengaruh dari luar maupun pengaruh dari dalam membuat masyarakat Jepara terpuruk dalam moralitasnya yang rendah. Apalagi kemajuan arus globalisasi yang dengan kemajuan teknologi terutama di bidang informasi, telah merubah tatanan dunia dan melenyapkan batas-batas negara serta memungkinkan segala sesuatu dirubah menjadi instan. Hal ini jika tidak digunakan sesuai dengan tempatnya, akan membuat masyarakat Jepara lebih tergantung dengan hal-hal yang praktis.

Oleh karena itu, didirikannya SMP Islam Darul Hafidzin diharapkan dapat membuat kota Jepara lebih baik dan menciptakan penghafal-penghafal Al Qur’an yang tidak hanya memikirkan aspek surgawi saja, tetapi juga memikirkan aspek duniawi serta menciptakan generasi penerus bangsa yang berakhlaq mulia, cerdas dan berguna bagi nusa dan bangsa serta apat mengamalkan apa yang telah didapat.

SMP Islam Darul Hafidzin bukan hanya sekolah yang hanya mengedepankan dunia saja tetapi akhirat juga. Sekolah ini memadukan antara pendidikan dunia serta pendidikan surgawi. Peserta didik diharapkan dalam kehidupan sehari-hari bisa mengamalkan ilmu-ilmu yang telah diajarkan di sekolah. Baik pendidikan duniawi dan pendidikan surgawi.

Adapun makna lambang yang digunakan oleh SMP Islam Darul Hafidzin adalah:

  1. dasar berbentuk segi lima melambangkan rukun islam

  2. bintang enam melambangkan rukun iman

  3. ukiran di tepi melambangkan cirri khas daerah jepara

  4. tiga sudut besar melambangkan Iman, Ilmu, Amal

  5. kubah masjid melambangkan bahwa masjid merupakan pusat peradaban islam

  6. buku melambangkan jendela pengetahuan dan bahwa ilmu itu dikertas bukan di dada.

  7. Warna biru melambangkan ideaelisme dan kepercayaan

  8. Warna kuning melambangkan kebijaksanaan

  9. Warna putih melambangkan kesucian

  10. Warna hijau melambangkan pertumbuhan dan pembaharuan

  11. Warna hitam melambangkan perlindungan

  12. Warna coklat melambangkan produktivitas dan kerja keras


  1. Landasan Dasar

    1. Alhijr ayat 9

       

Artinya :

“sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”


    1. Al-Qur’an surat Al - Hujuraat ayat 13

                      


Artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mangenal“


    1. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tentang wajib belajar:

          1. Pasal 34 ayat 2 dan 3 berbunyi:

      • Pemerintah : Pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

      • Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

  1. Pasal 36 tentang kurikulum

Ayat 1 : Pengembanan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Ayat 2 : Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan atau potensi daerah dan peserta didik.

Ayat 3 : kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a. peningkatan iman dan takwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. agama;
i. dinamika perkembangan global; dan
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.


  1. Pasal 37 ayat 1: Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:

    1. pendidikan agama;
      b. pendidikan kewarganegaraan;
      c. bahasa;
      d. matematika;
      e. ilmu pengetahuan alam;
      f. ilmu pengetahuan sosial;
      g. seni dan budaya;
      h. pendidikan jasmani dan olahraga;
      i. keterampilan/kejuruan; dan
      j. muatan lokal.

  2. Pasal 62

Ayat1 : Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau pemerintah daerah.

ayat 2 : Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi pendidikan, jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan, sistem evaluasi dan sertifikasi, serta manajemen dan proses pendidikan.


    1. PP RI No 19 tahun 2005 Tantang Standar nasional Pendidikan

Pasal 91 penjaminan mutu:

  • Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan

  • Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan

  • Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis,dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas

.

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH



  1. VISI


berprestasi, berkualitas, dan berbudaya, serta mampu menegakan ukhuwah islamiyah



  1. MISI


  1. Menciptakan generasi penerus bangsa yang berprestasi dan berintelektual tinggi

  2. Mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkualitas.

  3. Menciptakan generasi penerus bangsa yang ber-iman, ber-ilmu dan ber-amal.

  4. Melestarikan budaya daerah dan lingkungan hidup

  5. Mengoptimalkan kemampuan menghafal Al-Qur’an dan pengamalannya

  6. Meningkatkan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi



  1. TUJUAN


Pada akhir tahun pelajaran 2010/2011 sekolah dapat:

  1. mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan, diantaranya, PAIKEMI (pendidikan aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan islami) , serta layanan bimbingan dan konseling;

  2. melestarikan budaya daerah melalui MULOK bahasa daerah agar peserta didik agar mampu berbahasa Jawa dengan baik;

  3. menjadikan peserta didik supaya memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya;

  4. membekali peserta didik agar mampu mengakses berbagai informasi yang positif melalui internet dan bisa mengikuti perkembangan di era globalisasi;

  5. membekali peserta didik agar mampu membaca, menulis, dan meghafalkan Al-Qur’an serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  1. AKTIVITAS STRATEGIS


  1. Menyelenggarakan kajian keislaman berupa program rohis antara lain: khotmil Qur’an, muhadloroh, menghafal al-Qur’an dan kajian keagamaan lainnya.

  2. Menyediakan sanggar seni dan budaya (seni rupa, seni music, teater dan seni ukir)

  3. Club bidang studi (program pengayaan guna menyiapkan peserta didik untuk kegiatan kompetitif seperti lomba maupun olimpiade bidang studi)

  4. Menyediakan pusat pelatihan kerajinan ukir dan tenun troso.

  5. Menyelenggarakan pelatihan computer dan internet

  6. Menyediakan sarana dan prasarana bahasa dan keilmuan (laboratorium)

  7. Menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar


BAB III

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

  1. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan.

Struktur kurikulum terdiri dari tiga komponen, yakni komponen mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Komponen mata pelajaran dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

4. Kelompok mata pelajaran estetika

5.Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan serta Komponen muatan lokal dan pengemabnagan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum dan dikembangkan sendiri oleh sekolah.

Struktur kurikulum ini meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII kelas VII dan Kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.

  1. Kurikulum ini memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 3.

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.

c. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.

d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.

e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Struktur kurikulum SMP disajikan pada tabel berikut

Komponen

Alokasi waktu

VII

VIII

IX

A. Mata Pelajaran

        1. Pendidikan Agama

  • Aqidah Akhlak

  • Qur’an Hadits

  • Bahasa Arab

  • Sejarah Kebudayaan Islam

  • Fiqh



2

2

2

2

2



2

2

2

2

2



2

2

2

2

2

  1. Pendidikan Kewarganegaraan

2

2

2

  1. Bahasa Indonesia

4

4

5

  1. Bahasa Inggris

4

4

5

  1. Matematika

5

5

6

  1. Ilmu Pengetahuan Alam

4

4

5

  1. Ilmu Pengetahuan Sosial

4

4

5

  1. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2

2

2

  1. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2

2

2

B. Muatan Lokal

        1. Bahasa Jawa

        2. Seni Ukir Jepara

        3. Tenun Troso


2

2

2


2

2

2


2

-

-

C.Pengembangan diri (minat dan bakat)

  1. Kegiatan LDKS

  2. Kegiatan kepramukaan

  3. Kegiatan palang merah

  4. remaja

  5. Kegiatan kelompok ilmiah

  6. remaja

  7. Kegiatan seni budaya

  8. Study club bahasa asing

2*)


2*)


2*)


Jumlah

43

43

42

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran


  1. Muatan Kurikulum

  1. Mata Pelajaran

    1. Pendidikan Agama Meliputi : Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits, Bahasa Arab, Sejarak Kebudayaan Islam, dan Fiqh dengan Tujuan : Memberikan wawasan terhadap agama islam secara utuh. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan Peserta didik terhadap agama islam.

    2. Kewarganegaraan dan Kepribadian Tujuan : Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang kesadaran hidup berbangsa dan bernegara dan pentingnya penanaman rasa persatuan dan kesatuan.

    3. Bahasa Indonesia Tujuan : Membina ketrampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman terhadap IPTEK

    4. Bahasa Inggris Tujuan : Membina ketrampilan berbahasa dan berkomunikasi secara lisan dan tertulis untuk menghadapi perkembangan IPTEK dalam menyongsong era globalisasi.

    5. Matematika Tujuan : Memberikan pemahaman logika dan kemampuan dasar matematika dalam rangka penguasaan IPTEK.

    6. Ilmu Pengetahuan Alam Meliputi : Fisika, Kimia dan Biologi Tujuan : Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik untuk menguasai dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK.

    7. Ilmu Pengetahuan Sosial Meliputi : Sejarah, Ekonomi dan Geografi Tujuan : Memberikan pengetahuan sosio cultural masyarakat yang majemuk, mengembangkan kesadaran hidup bermasyarakat serta memiliki ketrampilan hidup secara mandiri,

    8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Tujuan : Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan ketrampilan dalam bidang olahraga, menanamkan rasa sportifitas, tanggung jawab disiplin dan percaya diri pada peserta didik.

    9. Teknologi Informasi dan Komunikasi Meliputi : Elektronika, Teknologi Informasi dan Komunikasi. Tujuan : Memberikan ketrampilan dibidang Teknologi Informatika dan ketrampilan Elektronika yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik


  1. Muatan Lokal

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah, dan Surat keputusan Walikota/Bupati tentang penetapan Mulok sebagai berikut:

    1. Bahasa Daerah (Jawa) sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai budaya (jawa) masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra.

    2. Perndidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebagai upaya menanamkan rasa cinta lingkungan hidup dalam bentuk kegiatan pembelajran pola hidup bersih dan menjaga keseimbangan ekosistem.

    3. Seni ukir jepara sebagai upaya untuk melestarikan budaya jepara yang salah satunya berupa seni ukir dan untuk memperkenalkan lebuh luas tentang seni ukur Jepara. Tiap-tiap Mulok beralokasi dua jam pelajaran.

  1. Kegiatan Pengembangan Diri

Berdasarkan kondisi Obyektif sekolah maka kegiatan pengembangan diri dipilih dan ditetapkan adalah :


    1. Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik Bertujuan untuk

  1. Melatih peserta didik dalam berorganisasi

  2. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi pemimpin yang handal

  3. Melatih peserta didik untuk bersikap demokratis

  4. Melatih peserta didik belajar mengambil keputusan dengan tepat


    1. Kepramukaan

  1. Sebagai wahana peserta didik untuk berlatih berorganisasi

  2. Melatih peserta didik untuk trampil dan mandiri

  3. Melatih peserta didik untuk mempertahankan hidup

  4. Memiliki jiwa social dan peduli kepada orang lain

  5. Memiliki sikap kerjasama kelompok

  6. Dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat

    1. Kegiatan PMR

  1. Praktik PPPK

  2. Memiliki jiwa social dan peduli kepada orang lain

  3. Memiliki sikap kerjasama kelompok

  4. Melatih peserta didik untuk cepat dan tepat dalam memberikan pertolongan pertama

  5. Membentuk piket UKS


    1. Kegiatan Kelompok Ilmiah Remaja

  1. Melatih peserta didik berfikir kritis

  2. Melatih peserta didik trampil dalam menulis karya ilmiah

  3. Mampu berkompetisi dalam berbagai lomba IPTEK

  4. Mampu berkompetisi dalam lomba bidang IMTAQ


    1. Kegiatan Olahraga, Seni dan Budaya

  1. Pengembangan Olahraga Prestasi

  2. Pengembangan Seni Rupa, Musik, Tari dan Teater

  3. Pengembangan seni baca al Quran dan Kaligrafi

  4. Pengembangan seni Bela Diri


    1. Study club bahasa asing

      1. Pengembangan kemammpuan peserta didik berbahasa asing

      2. Muhadoroh

      3. Istima’

      4. Kitabah

      5. Conversation

      6. Reading


  1. Mekanisme Pelaksanaan

    1. Kegiatan Pengembangan Diri diberikan di luar jam pembelajaran (ekstrakurikuler) dibina oleh guru-guru yang memiliki kualifikasi yang baik berdasarkan surat keputusan Kepala Sekolah.

    2. Jadwal Kegiatan

No

Nama Kegiatan

Hari

Waktu

1.

Kegiatan LDKS

SABTU

Sesuai Jadwal Masing-masing.

2.

Kegiatan kepramukaan

JUMAT

3.

Kegiatan palang merah

remaja

JUMAT

4.

Kegiatan kelompok ilmiah

remaja

SABTU

5.

Kegiatan seni budaya

KAMIS

6.

Study club bahasa asing

SABTU


    1. Alokasi Waktu Untuk kelas 7 dan kelas 8 diberikan 2 jam pelajaran (ekuivalen 2 x 40 menit) Untuk kelas 9 diberi kegiatan Bimbingan Belajar secara intensif untuk persiapan menghadapi Unas

    2. Penilaian : Kegiatan pengembangan diri dinilai dan dilaporkan secara berkala kepada sekolah dan orang tua dalm bentuk kualitatif :

katagori

Keterangan

A

Sangat baik

B

Baik

C

Cukup

D

Kurang

*) 2 jam pelajaran untuk pengembangan diri dilaksanakan diluar jam tatap muka (ekstrakurikuler pada hari Sabtu)


  1. Pengaturan Beban Belajar

Kelas

Satu jam pembelajaran

tatap muka/menit

Jumlah jam

pembelajaran

perminggu

Minggu efektif

Pertahun

Ajaran

Waktu

pembelajaran

/jam per

tahun

VII

40

43

36

1720

VIII

40

43

36

1720

IX

40

42

36

1680


  1. Ketuntasan Belajar

STANDAR KETUNTASAAN BELAJAR SMP ISLAM DARUL HAFIDZIN

Komponen

Alokasi waktu

VII

VIII

IX

A. Mata Pelajaran

        1. Pendidikan Agama

  • Aqidah Akhlak

  • Qur’an Hadits

  • Bahasa Arab

  • Sejarah Kebudayaan Islam

  • Fiqh


75


75


75

  1. Pendidikan Kewarganegaraan

75

75

75

  1. Bahasa Indonesia

75

75

75

  1. Bahasa Inggris

75

75

75

  1. Matematika

75

75

75

  1. Ilmu Pengetahuan Alam

75

75

75

  1. Ilmu Pengetahuan Sosial

75

75

75

  1. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

75

75

75

  1. Teknologi Informasi dan Komunikasi

75

75

75

B. Muatan Lokal

        1. Bahasa Jawa

        2. Seni Ukir Jepara

        3. Tenun Troso


70


70


70

C.Pengembangan diri (minat dan bakat)

  1. Kegiatan LDKS

  2. Kegiatan kepramukaan

  3. Kegiatan palang merah

  4. remaja

  5. Kegiatan kelompok ilmiah

  6. remaja

  7. Kegiatan seni budaya

  8. Study club bahasa asing

B

B

B


Ketuntasan Belajar Ketuntasan Belajar didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya input peserta didik, tingkat esensial dari masing-masing KD/Mata Pelajaran, kemampuan daya dukung dan kompleksitas tiap-tiap mata pelajaran. Berdasarkan pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar 75 %. Peserta didik yang belum dapat mencapai ketuntasan belajar 75% harus mengikuti program perbaikan (remedial) sampai mencapai ketuntasan belajar yang dipersyaratkan. Yang telah mencapai ketuntasan belajar 80% sampai 90% dapat mengikuti program pengayaan (Enrichment), sedangkan yang mencapai ketuntasan belajar lebih dari 90% mengikuti program percepatan (accelerated).

  1. Kenaikan Kelas

Kriteria Kenaikan Kelas Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

    1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas yang diikuti .

    2. Tidak terdapat nilai dibawah SKBM maksimal 3 mata pelajaran pada semester yang diikuti.

    3. Memiliki nilai minimal Baik untuk aspek kepribadian, kelakuan dan kerajinan pada semester yang ikuti. Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) 75 untuk semua kelompok mata pelajaran


  1. Kelulusan

Kriteria Kelulusan Berdasarkan PP 19/ 2005 pasal 72 ayat 1 Peserta didik dinyatakan lulus apabila :

  1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran

  2. Memperoleh nilai minimal 75 pada penilaian akhir untuk seluruh kelompok mata pelajaran :

  1. Agama

  2. Kewarganegaraan dan Kepribadian

  3. Estetika

  4. Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

  1. Lulus Ujian Sekolah untuk kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

  2. Lulus Ujian Nasional

  1. Penentuan Kelulusan

                1. Kriteria kelulusan

Hasil ujian dituangkan kedalam blangko daftar nilai ujian hasil ujian dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan sekolah untuk penentuan kelulusan dengan criteria sebagai berikut:

  1. Memilih rapor kelas VII-IX

  2. Telah mengikuti ujian sekolah dan memiliki nilai untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan,, minimal nilai masing-masing mata pelajaran 6,00


                1. Penentuan kelulusan

  1. Penentuan Peserta didik yang lulus dilakukan oleh sekolah dalam suatu rapat dewan guru mmepertimbangakan nilai rapor, nilai ujian sekolah, sikap/ prilaku/ budi pekerti sisiwa yang bersangkutan dan memenuhi criteria kelulusan.

  2. Peserta didik yang dinyatakan lulus diberi ijzah, dan rapor sampai dengan semester 2 kelas IX sekolah menengah pertama

  3. Peserta didik yang tidak lulus tidak memperoleh ijazah dan mengulang di kelas akhir.

  1. Mutasi

SMP Islam Darul Hafidzin menentukan persyaratan pindah atau mutasi peserta didik sesuai dengan prinsip menejemen berbasis sekolah, melalui suatu mekanisme yang obyektif dan transparan antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:

    1. Memenuhi persyaratan yang ditentukan

              1. Surat permohonan orang tua yang bersangkutan

              2. Memiliki laporan hasil belajar (rapor) dengan nilai lengkap dari sekolah asal

              3. Memiliki ijasah sekolah dasar

              4. Memiliki surat tanda lulus dengan nilai tidak lebih rendah dari nilai PSB pada tahunnya

              5. Memiliki surat pindah dari sekolah asal yang diketahui oleh kepala sekolah asal dengan melampirkan daftar (status peserta didik yang bersangkutan)

    1. Menyesuaikan bentuk laporan hasil belajar (LHBS) dari sekolah asal sesuai dengan bentuk rapor yang digunakan di SMP Islam Darul Hafidzin.





BAB IV

KALENDER PENDIDIKAN

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.

Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada SMP Islam Darul Khafidzin.

Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada SMP Islam Darul Khafidzin

Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran pada SMP Islam Darul Khafidzin. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.


ANALISIS HARI BELAJAR EFEKTIF KALENDER PENDIDIKAN SMP ISLAM DARUL KHAFIDZIN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Bulan

Semester

Jumlah Hari Efektif

Jumlah Hari

Total Hari/Semester

Rencana

Kegiatan

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

Juli

Semester 1

2

2

2

2

2

2

12


19: awal masuk pengajaran

Agustus

4

2

3

3

4

4

20


10-12: Libur awal puasa

17: hari kemerdekaan

30-31: Libur sebelum Idul Fitri

September

4

4

5

5

3

3

24


1-11: Libur sebelum dan setelah Idul Fitri 1 Syawal 1431 Hijriyah

10-11: Idul Fitri 1 Syawal 1431Hijriyah

Oktober

4

4

4

4

5

5

26


-

November

5

5

3

4

4

4

25


17: Idul Adha 1431 Hijriyah

Desember

4

3

5

5

5

3

25


7: Tahun baru 1432 Hijriyah

25: Hari raya Natal

Januari

Semester 2

5

4

4

4

4

4

25


1: Tahun baru 2011

Februari

4

4

3

4

4

4

23


16: Maulid Nabi Muhammad SAW

Maret

4

5

5

5

2

4

25


5: Tahun Baru Imlek

25: Wafat Isa al-Masih

April

3

4

4

4

5

5

25


16: Hari rayaWaisak

Mei

5

5

4

3

4

4

25


5: Kenaikan Isa al-Masih


Juni

4

4

5

5

4

4

26





BAB V

PENUTUP

KTSP SMP Islam Darul Hafidzin ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan belajar mengajar di SMP Islam Darul Hafidzin menjadi lebih inovativ, menyenangkan, mencerdaskan dan sesuai dengan keadaan daerah dan kebutuhan peserta didik di Jepara.

Begitu juga selain para siswa, juga para guru supaya menerapkan KTSP ini, dan supaya mereka dapat melakukan evaluasi secara informal terhadap dokumen KTSP maupun pelaksanaanya.

Sehingga dalam evaluasi yang dilakukan tersebut dapat menjawab pertanyaan berikut:

              1. Apakah tujuan pendidikan yang tertulis di KTSP ini sudah tepat dan dapat dicapai?

              2. Apakah metode yang digunakan sudah cukup efektif dalam mencapai tujuan yang diharapkan?

              3. Sejauh mana kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat tercapai?

              4. Apakah kemampuan yang tertulis sudah cukup lengkapp untuk merespon keadaan daerah Jepara ?

              5. Apakah kemampuan yang tertulis sudah cukup untuk merespon kebutuhan peserta didik?

              6. Sejauh mana penilaian pembalajaran yang dirancang dapat mengungkap secara jelas perkembangan kemampuan yang diharapkan dari siswa?


Jawaban terhadap pertanyaan tersebut, yang mungkin terkumpulkan secara bertahap dari waktu kewaktu oleh para guru sebagai pengembangan sekaligus pelaksanaan terhadap KTSP ini di kemudian hari.

Selain itu berbagai hasil belajar yang diperoleh siswa dapat menjadi bahan evaluasi guna mengetahui sejauh mana visi dan misi yang telah dirumuskan dapat dicapai atau didekati guna menyusun dan melaksanakan kegiatan tindak lanjut.